Fewinson
Signus™

bintang

google translate...

Google Translate
Arabic Korean Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese
English French German Spain Italian Dutch
Welcome to my blog

bintang berjatuhan

Powered By Blogger

Myshoutbox

Kamis, 21 Oktober 2010

Wow Kakek 100 tahun kembali ke Bangku kuliah !

Seorang laki-laki manula India berusia 100 tahun kembali ke bangku kuliah dan ingin membuktikan bahwa manusia tidak pernah terlalu tua untuk belajar.

Bholaram Das merayakan ulang tahun ke-100 minggu lalu, dan untuk memperingati usianya itu dia mendaftarkan diri di program doktor di negara bagian Assam di kawasan timur laut India.

"Kalau anak saya bisa mendapat gelar doktor pada usia 55 tahun, kenapa saya tidak bisa di usia 100 tahun?" kata Das, yang diperkirakan menjadi mahasiswa tertua India.

Das pernah mendekam di penjara karena menentang kekuasaan penjajah Inggris tahun 1930 dan kemudian bekerja sebagai guru, pengacara dan hakim di Assam sebelum akhirnya pensiun di tahun 1971.

Bholaram Das berusia 19 tahun ketika dia dijebloskan ke penjara karena menentang pemerintah kolonial Inggris. Dia divonis kerja paksa selama dua bulan dan setelah dibebaskan dia melanjutkan kuliah jurusan bisnis dan ilmu hukum. Setelah itu Das bergabung dengan partai Kongres India.

Dia mengatakan kepada BBC dia gembira bisa kembali belajar. "Saya sudah ingin melakukannya sejak saya menyelesaikan studi S2 saya jurusan bisnis dari Universitas Kalkuta di akhir tahun 1930-an, tetapi pada saat itu saya tidak bisa melanjutkan."

"Saya menjadi aktif terlibat dalam politik, masuk penjara, kemudian saya harus bekerja."

Program doktor yang dia ambil akan mengharuskan Das melakukan banyak studi lapangan, wawancara dan menulis tesis.

Tetapi kakek berusia 100 tahun itu tidak gentar terhadap tantangan tersebut, dan ambisinya tidak pernah hilang selama ini. Dia mengaku tidak sabar menambahkan gelar "DR" di depan namanya.

Keluarganya mengatakan awalnya ketika Das mendaftar ke Universitas Guwahati untuk masuk dalam program doktor selama dua tahun, universitas tersebut menerimanya dengan dingin.

"Universitas tidak mau menyetujui rangkuman rencana tesis yang dia ajukan. Tetapi dia mempertahankan topik itu dalam debat dengan para dosen. Mereka kemudian mengubah keputusan mereka dan menerimanya," kata putra Das, BK Das.

"Sekarang setelah dia mulai mengumpulkan materi penelitian, saya, adik-adik saya dan anggota keluarga yang lain bertanggung jawab membantunya," ujar BK Das.

Untuk program S3 Bholaram Das berencana mempelajari subyek yang dekat dengannya, penyebaran neo-Vaishnavisme, aliran liberal agama Hindu yang dianggap berhasil menghancurkan perpecahan sosial di Assam.

"Kami akan bergiliran mengantar ayah ke berbagai biara Vaishnavite dan ke tempat-tempat studi lapangan lainnya. Ini merupakan bagian penting dari penelitian ayah," kata BK Das.

Cucu Bholaram Das, Abhinab, seorang ahli komputer muda, mengaku terkejut atas berita kakeknya kembali ke bangku kuliah.

"Waktu saya pertama kali mendengar rencana itu, saya tidak menganggap serius, karena menurut saya tidak mungkin."

"Saya bahkan tidak berusaha mencari tahu tentang rencana itu. Namun waktu ayah saya menelepon dan menceritakan bahwa kakek sudah mendaftar masuk program S3, saya waktu itu tidak percaya," kata Abhinab. (OL-9)

Senin, 04 Oktober 2010

Mahkluk Mitologi .



Sosok monster ini dihidupkan oleh Dr. Victor Frankenstein. Seorang mahasiswa kedokteran yang melakukan eksperimen terlarang untuk membuktikan bahwa manusia bisa diciptakan dengan teknologi dan pemahaman mendalam akan ilmu kedokteran. Semua berawal dari keingintahuan, rasa penasaran, dan antusiasme masa muda akan ilmu pengetahuan. Terkejut melihat eksperimen profesornya, ia pun tergerak untuk menyempurnakannya. Dr. Victor Frankenstein pun terobsesi pada upaya untuk menciptakan sosok manusia sempurna. Ia pun menggunakan organ otak profesornya (yang baru saja meninggal), mengumpulkan potongan tubuh dari sejumlah jenazah yang masih baru, menjahit potongan-potongan itu dalam satu tubuh, dan menciptakan sesosok makhluk yang diyakininya akan menjadi manusia sempurna hasil rekayasa eksperimennya.

Kamis, 09 September 2010

Selasa, 17 Agustus 2010

Hachiko Monogatari


Hachiko adalah seekor anjing kerajaan yang berasal dari Jepang.
dia tersesat di negara lain.

Ketika itu dia bertemu dengan seorang warga amerika namanya Pak Wilbert Stain.
sehingga orang tersebut mengambil Hachiko dan memeliharanya,sampai ia besar.
Hachiko suka bermain bersama pak Wilbert di taman kota sehingga orang kota sudah mengenal Hachiko...

Hachiko sering mengantar pak Wilbert ke stasiun dekat rumahnya...
dan dia sering menjemput Pak Wilbert di stasiun.

Hachikō (ハチ公?) (10 November 1923-8 Maret 1935) adalah seekor anjing jantan jenis Akita Inu kelahiran Ōdate, Prefektur Akita. Ia terus dikenang sebagai lambang kesetiaan anjing terhadap majikan. Setelah majikannya meninggal, Hachikō terus menunggu majikannya yang tidak kunjung pulang di Stasiun Shibuya, Tokyo.

Julukan baginya adalah Hachikō Anjing yang Setia (忠犬ハチ公, Chūken Hachikō?). Patung Hachikō di depan Stasiun Shibuya telah menjadi salah satu marka tanah di Shibuya. Sewaktu membuat janji untuk bertemu di Shibuya, orang sering berjanji untuk bertemu di depan patung Hachikō.

Film "Hachiko: A Dog’s Story" bercerita tentang seekor anjing yang sangat setia pada tuannya, melebihi batas kesetiaan anjing pada rata-rata.
Cerita ini bermula ketika Profesor Parker Wilson (Richard Gere) menemukan seekor anjing kecil di Stasiun Kereta Api Bedridge, Wonsocked, Amerika Serikat, tempat ia biasa pergi bekerja dan pulang dari kerja. Anjing berjenis akita itu kemudian diajaknya pulang ke rumah dan diberi nama Hachiko.
Parker dan istrinya Cate (Joan Allen) merawat anjing itu hingga Hachiko bertumbuh besar dan tiada tiada hari yang dilewatkan Parker tanpa bermain dengan Hachiko.
Suatu hari, ketika Hachiko sudah beranjak dewasa, tanpa disangka ia mengikuti Parker ke stasiun saat Parker berangkat kerja. Parker terpaksa keluar dari kereta untuk memulangkan Hachico ke rumah.
Namun, ternyata Hachico menjemputnya di stasiun pada pukul 17.00. Sejak saat itu Parker membiarkan Hachico mengantar-jemputnya di stasiun.
Para pemilik kios, pedagang, dan pejalan kaki, serta "commuter" (orang yang bekerja secara "nglaju") tercengang-cengang dengan kelakuan Hachiko yang tidak seperti anjing pada umumnya.
Semua orang orang di sekitar Stasiun Bedridge menyayangi Hachiko dan selalu menyapa anjing itu layaknya sebagai manusia.
Sampai pada satu hari, Hachiko tak menemukan kedatangan tuannya di stasiun pada pukul 17.00.
Parker Wilson ternyata meninggal karena serangan jantung ketika ia tengah mengajar, sementara Hachiko sepertinya tak pernah mengerti perihal meninggalnya Parker.
Setelah kematian Parker, Cate menjual rumahnya dan meninggalkan Bedridge. Sementara Hachiko dipelihara oleh anak perempuan Parker, Andy Wilson (Sarah Roemer).
Berulang kali Hachiko kabur dari rumah Andy untuk pergi ke stasiun, berharap ia akan menemukan tuannya kembali.
Andy selalu menjemput Hachiko di stasiun hingga pada akhirnya Andy merelakan Hachiko pergi. Hachiko tinggal di stasiun dan pada pukul 17.00, ia akan duduk di bundaran di depan stasiun, menanti kedatangan tuannya.
Keunikan tingkah laku Hachiko itu menarik perhatian orang-orang di sekitar situ, bahkan tulisan mengenainya dimuat di koran-koran sehingga kisah anjing ini menjadi legenda. Sehingga orang-orang memberi makan Hachiko secara bergantian.
Kesetiaan Hachiko bertahan hingga tahun kesepuluh meninggalnya Parker. Sampai akhirnya pada musim dingin tahun ke sepuluh, Hachiko meninggal di bundaran stasiun pada tengah malam.
Pembuatan film ini diinspirasi dari kisah nyata seekor anjing bernama Hachiko yang hidup dalam rentang waktup tahun 1923-1935 di Jepang.
Kisah yang disajikan dalam Hachiko: A Dog’s Story persis sama dengan kisah aslinya. Di Jepang, sebuah monumen berupa patung untuk mengenang kesetiaan Hachiko didirikan di depan Stasiun Shibuya.
Seperti film tentang kesetiaan anjing lainnya, sebut saja "Lassie" (2005) dan "Marley and Me" (2009), film ini menyentuh sisi halus perasaan manusia. Bahkan bukan penggemar anjing pun yang menonton film ini bisa meneteskan air mata.
Kekurangan dalam film bergenre drama keluarga ini adalah banyaknya "scene" yang diulang dan adegan yang hampir mirip satu sama lain.
Singkatnya jalan cerita namun berdurasi 90 menit membuat film ini cenderung membosankan pada pertengahan cerita. Namun, emosi sedih penonton mulai meningkat ketika mendekati akhir cerita. Sutradara Lasse Hallstrom mengemas cerita ini dengan apik, dan alur yang cukup lambat.
Kerja keras tim pelatih anjing pemeran Hachiko tergolong sukses sebab anjing tersebut seolah bisa menunjukkan emosi dan ekspresinya yang memesona penonton.

Pengikut

Cari blog !!

judul blog bergerak .......

#b-navbar { height:0px; visibility:hidden; display:none }